Jadi Entrepreneur Semua Bisa
Menjadi Entrepreneur, saya yakin siapa pun bisa. Hal ini, sengaja saya ungkap dalam tulisan ini, mengingat di lapangan kita masih sering melihat bahwa kebanyakan orang Padang, Bugis, atau keturunan China itu lebih berhasil di bidang bisnis dibanding lainnya. Sehingga disimpulkan, bahwa hal itu karena sifat keturunan atau atau bakat.
Saya kira itu bukan satu-satunya. Justru yang benar, menurut saya, anak-anak mereka sejak kecilnya memang sudah belajar secara informal tentang bisnis (yang menjadi dunia orang tuanya) dari lingkungan keluarganya terus menerus, dan kemudian merekamnya dalam memori otaknya, yang selanjutnya membentuk pola berpikir dan cara perilaku.
Dalam kontek ini, saya justru berpendapat, meski kita tak dapat bakat dagang, bisa saja jadi pedagang atau wirausahawan. Karena itu, janganlah kita merendahkan diri hanya karena persoalan berbakat atau tidak. Menurut saya, untuk menjadi pengusaha itu juga tidak mengenal usia tua atau muda. Kaya atau miskin. Jenius atau tidak. Mahasiswa atau bukan. Sudah sarjana atau belum. Dan, gelar formal seseoarang itu, saya kira, bukanlah jaminan atau faktor penentu satu-satunya untuk berhasil menjadi pengusaha.
Bahkan, Al Ries, seorang penulis buku: “Positioning: The Battle of Your Mind”, ini pernah mengungkap, bahwa lebih dari lima puluh persen anggota eksekutif puncak di McDonald’s Corporation, ternyata juga tidak bergelar akademis. Namun, mereka mampu meraih kesuksesan yang luar biasa.
Selain itu, untuk menjadi pengusaha, juga tidak mengenal etnis. Artinya, etnis apa pun bisa menjadi pengusaha yang sukses. Maka, sebaiknya janganlah ada kekhawatiran lainnya yang mungkin masih terbayang di benak kita atau intinya kita “alergi” dengan dunia usaha.
Sebab, sesungguhnya keberhasilan seseorang menjadi pengusaha sangat tergantung pada kemampuan kita untuk merekayasa diri melalui pengalaman hidup di luar keluarga. Misalnya, bisa melalui pendidikan atau pelatihan atau mentoring. Atau bisa juga kita belajar dari pengalaman di lapangan atau istilahnya “Universitas Kehidupan”.
Apalagi, kalau kita juga mampu melaksanakan empat tugas pokok seorang wirausahawan yaitu: tugas kreatif, tugas manajerial, tugas interpersonal, dan tugas kepemimpinan. Hal tersebut akan lebih memungkinkan lagi bagi kita, untuk lebih bisa meraih keberhasilan dalam karier sebagai pengusaha yang sukses.
Maka, sekali lagi, percayalah pada kemampuan kita. Pemikiran pesimis yang membuat kita merasa tidak mampu menjadi pengusaha, itu harus kita buang jauh-jauh. Sebaliknya, kita tidak hanya yakin sekedar bisa menjadi pengusaha, tapi kita pun akan semakin yakin dan mampu menjadi pengusaha yang sukses.
Saya yakin, dengan kita bersikap begitu, pasti selalu ada jalan untuk menjadi penusaha yang sukses. Itu ibarat air yang tak akan mulai mengalir kalau krannya belum diputar. Anda berani coba?
No comments:
Post a Comment